Rabu, 01 April 2009

Kedudukan Ilmu dalam Islam

Oleh KH. Ishaq Lathif (dengan sedikit perubahan)
Kedudukan Ilmu Dalam Islam

Pepatah mengatakan :
1.Berikirlah kamu diwaktu pagi
2.Bekerjalah kamu diwaktu siang
3.Makanlah kamu diwaktu sore
4.Tidurlah kamu diwaktu malam

Maksudnya adalah :

1.Belajarlah dikala Masih Muda
Pergunakan waktu sebaik-baiknya, karena keberhasilan orang yang sedang menuntut ilmu adalah yang pandai mengatur waktu secara efektif. Kedisiplinan seseorang sangat berpengaruh kepada cara belajar orang itu sendiri. Pembagian waktu yang efektif akan memudahkan kita untuk dapat belajar serta menuntut ilmu dengan tenang.
Selama ini banyak sekali orang gagal dalam menuntut ilmu, hal ini dikarenakan penggunaan waktu yang tidak efektif dan efisien. Banyak waktu yang digunakan untuk mencari sesuatu yang justru tidak bermanfaat dan menenggelamkan manusia dalam kubangan kenistaan. Karena waktu yang hilang tidak akan kembali, waktu itu ibarat pedang siapa yang tidak dapat memanfaatkanya maka ia akan merasakan suatu penderitaan yang sangat karenanya.
Kerugian dalam materi dan harta tidaklah sebanding dengan kerugian manusia karena kehilangan dan mensia-siakan waktu. Sebenarnya Allah SWT sudah memperingatkan umat manusia agar menggunakan waktu sebaik mungkin dan tidak mensia-siakanya, hal ini termaktub dalam surat Al-Ashri (demi ashar).

Manusia akan mengeluh dan menyesal apabila tiba saatnya kita untuk terjun secara langsung kepada masyarakat, akan tetapi waktu kita untuk menuntut ilmu banyak yang kita buang percuma, bukan suatu kebanggan yang akan kita peroleh. Cemoohan dan sumpah serapahlah yang akan kita peroleh. Seorang penyair berkata :

sayyidi lakal ayyaamu maa kunta jaahilaan - wa yaktiika bil akhbaari maalam tujawwidi
(hari-hari yang akan datang akan menyatakan bahwa engkau bodoh, dan berita-berita tentang kekurangan perbekalan andapun sampai juga kepada anda)

Buang jauh-jauh sifat sombong dalam menuntut ilmu, dan jangan pernah merasa puas serta pandai dengan apa yang telah dimiliki, karena pada hakikatnya segala macam ilmu yang kita miliki itu tidak ada secuil dari ilmu-ilmu Allah.

2.Amalkan Ilmu Kalau Sudah Dewasa
Makin besar ilmu yang kita miliki maka makin besar pula tanggung jawab kita terhadap ilmu tersebut. Kewejibanlah bagi seseorang yang berilmu untuk mengamalkan serta mengajarkan ilmu yang ia miliki terhadap masyarakat yang ada. Akan tetapi walaupun sudah seperti itu, bukan berarti kita berhenti untuk belajar. Justru dengan keadaan semacam itu kita akan terus terpacu untuk belajar, karena ilmu yang diamalkan itu tidak akan habis akan tetapi malah akan bertambah.

Sabda Rosulullah SAW :
andaikata seseorang boleh merasa cukup dengan ilmunya, niscaya Nabi Musa as. Lah yang paling merasa cukup.

Dari sini dapat kita ambil hikmah, bahwasanya seorang nabi dan rosul seprti nabi Musa As. Yang oleh Nabi Muhammad sendiri diakui sebagai orang yang cukup akan ilmu masih terus belajar, masih ada Nabi Khidir yang memiliki ilmu yang tidak dimiliki oleh Nabi Musa As. Ingat diatas langit masih ada langit.

Jangan sampai kita dibutakan oleh urusan ekonomi dan bisnis semata sehingga kewajiban kita untuk mengamalkan dan mengajarkan ilmu jadi terbengkalai, sehingga masyarakat tetap dalam kubangan kebodohan yang sangat.

Akan tetapi semua itu tak akan berguna apabila kita tidak memiliki keikhlasan dalam menjalankanya serta banyak kesombongan yang timbul dihati kita. Jangan pernah berharap akan dihormati orang lain apabila kita tidak mau menghormati orang lain. Jangab pernah menganggap remeh kepada orang laindan menjadikannya sebagai budak. Karena harkat mertabat manusia di mata Allah itu sama hanya kadar keimananlah yang membedakan mereka. Disini kita perlu mengingat pesan Sayyidina Abu Bakar Shiddiq kepada para tentaranya :

perbaikilah dirimu, maka niscaya manusia yang lain akan berbuat baik terhadapmu.
Oleh karena itu cobalah untuk menghargai diri sendiri, maka manusia lain juga akan mengahrgai anda.

3.Hari Tua Tinggal Menikmati Hasilnya

Segala amal perbuatan yang telah kita lakukan baik itu perbuatan yang baik ataupun buruk pasti akan kita terima balasanya dari Allah SWT pada saat tua nanti. Apabila selama hidup kita banyak melakukan amal baik maka niscaya pada saat usia tidak muda lagi kita akan merasakan kedamaian dan ketenangan dalam hidup. Begitu pula sebaliknya, apabila banyak kejahatan dan pekerjaan yang tidak baik kita lakukan maka niscaya disaat tua hidup kita tidak akan ada dalam ketenangan, justru kita akan dihantui perasaan bersalah dan penyesalan yang sangatlah yang akan kita jalani. Seperti perkataan seorang penyair :
(laqod ghorosuu hatta akalnaa wainnanaa - lanaghrosu hatta ya'kulu naasu ba'danaa)
(sungguh karena orang-orang tua dulu yang telah menanamlah, sehingga kita dapat memakan buahnya. Maka, sekarang kita (dituntut) menanam sehingga dapat dimakan oleh orang-orang yang akan datang)

4.Kalau Mati, Matilah Dengan Tenang

Apabila nanti kita mati (dan itu pasti,-pen) tinggalkanlah kesan yang baik bagi orang-orang disekitar kita. Matilah dalam keadaan tenang dan penuh kedamaian tanpa adanya sakarathul maut yang menyakitkan.

Hal itu hanya akan tercapai apabila kita dapat berbuat kebaikan dalam seumur hidup kita. Dan bagaimana melakukan kebaikan itu hanya dapat kita ketahui dengan ilmu pengetahuan. Dunia ini akan terasa hanya selebar daun kelor jika kita memiliki banyak ilmu. Bahkan dunia ini akan kurang apabila seluruh ilmu Allah diturunkan kepada manusia.

Ilmu itu berasal dari Allah dan akan kembali kepadanya, begitu pula dengan manusia. Allah tidak pernah mengambil ilmu secara langsung dari dunia ini. Ilmu yang ada akan diambil secara perlahan oleh Allah dari dunia ini sehingga ilmu itu akan habis, dan apabila itu sudah terjadi maka itu adalah hari kiamat. Ilmu diambil oleh Allah dengan cara mematikan orang-orang yang pandai dan memiliki banyak ilmu, kalau kita lihat paradigma sekarang banyak sekali orang baik, berilmu dan bertaqma meninggal dalam usia muda, akan tetapi para penjahat justru memiliki umur yang lebih panjang.

Do'a Nabi Ibrahim As :

Ya Allah (ya tuhanku) berikanlah kepadaku Hikmah (ilmu yang bermanfaat) dan masukkan aku kedalam golongan orang-orang yang shaleh. Dan jadikan aku buah bibir yang baik bagi orang-orang yang datang kemudian
Menurut pendapat sebagian ulama, sebagaimana tersirat dalam doa tersebut disunnahkan bagi kita untuk mencari sebutan yang baik, karena sebutan yang baik adalah umur yang kedua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar